Pusat Konservasi Kebun  Raya Bogor (PKT) LIPI bekerja sama dengan Kementerian Kehutanan dan  Lingkungan Hidup, Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu serta Dewan Riset  Daerah Bengkulu menyelenggarakan Lokakarya Regional dalam rangka persiapan International Symposium on Indonesian Giant Flowers Rafflesia and Amorphophallus 2015 di Putri Gading Hotel, Bengkulu pada Selasa (5/5) kemarin.
Magnet Dunia
“Kawasan hutan tropis Bengkulu telah lama diketahui menjadi habitat bagi dua flora  raksasa yang sangat dikagumi dunia Rafflesia arnoldii dan Amorphophallus titanum,  hal ini tercatat dalam dunia botani sejarah kota Bengkulu sejak  kedatangan Sir Thomas Stamford Raffles pada tahun 1818,” tutur Kepala  BPP Stada Pemprov Bengkulu, Drs. H. Iriansyah saat membuka  LokakaryaRegional Penyusunan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK)  Rafflesia dan Amorphophallus. 
“Keberadaan dua flora  langka ini telah melambungkan nama Bengkulu dan Sumatera yang juga  menyimpan kekayaan flora fauna yang sangat bernilai dan berpotensi besar  tidak saja dari sisi keilmuan namun juga sisi ekonomi,” tambahnya.
Iriansyah menambahkan,  keunikan bunga Rafflesia dan Amorphophallus menjadi magnet yang luar  biasa bagi mata dunia. “Penelitian bidang botani dan para ahli taksonomi  yang terus menerus melakukan penelitian terkait flora tersebut guna  mendalami kehidupan biologis dan pengembangan potensi nilai ekonomisnya  ke depan,” jelasnya.
Pemprov Bengkulu  sendiri mengharapkan bunga Rafflesia dan Amorphophallus tidak hanya  sekedar icon saja bagi Bengkulu. Harapan ke depan, masyarakat Bengkulu  dapat memaksimalkan manfaat keberadaan dua flora langka tersebut melalui  labeling Bengkulu sebagai bumi Rafflesia dan Amorphophallus.
Inti resume yang  penting ditekankan dan perlu ditindaklajuti dari lokakarya tersebut  adalah segera antara lain pembuatan data base dan metode standar SOP  konservasi in situ, peningkatan  populasi ex situ Rafflesia dan  Amorphophallus, upaya keberlanjutan konservasi dan pengembangan potensi  ekonomi, serta perlunya mengajak para pelaku pariwisata untuk mendukung ecotourism, terkait public awareness dan pendanaan.
Selain mengapresiasi  rencana penyelenggaraan international symposium mendatang, kepada LIPI  dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Iriansyah  mengharapkan SRAK yang akan dilaunching oleh Menteri LHK dapat dijadikan  output jangka panjang dari symposium tidak hanya bagi Bengkulu tetapi  juga provinsi-provinsi lainnnya di Indonesia yang memiliki sebaran dua  flora raksasa itu.
Sebagai informasi, acara lokakarya terbagi menjadi 3 sidang komisi parallel yaitu Konservasi in situ, konservasi ex situ dan public awareness dan fund raising.  Bertindak sebagai fasilitator masing-masing dari Universitas Bengkulu,  Kepala BKSDA Bengkulu, dan PKT Kebun Raya Bogor LIPI. Acara ditutup  dengan pembacaan resume hasil lokakarya oleh ketua Komisi III DRD  Bengkulu dan diserahkan kepada Panitia Pengarah Simposium untuk  dilokakaryakan pada tingkat nasional sebelum bulan September.
Lokakarya  ini juga dihadiri oleh Dewan Riset Daerah, DPRD Bengkulu, LSM Komunitas  Pecinta Rafflesia dan Amorphophallus, serta Dinas Kehutanan, Dinas  Kebudayaan & Pariwisata, Dinas Kehutanan Pemprov Bengkulu dan Balai  Taman Nasional dari seluruh provinsi di Sumatera, serta LSM seperti WWF  dan TFCA di Sumatera.(mk)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar