Rabu, 29 Oktober 2014

Prinsip Pegelolaan Konservasi


Secara umum pengelolaan kawasan konservasi meliputi: (1) Pengelolaan landskap, (2) Pengunjung, dan (3) Populasi Rafflesia. 

Pengelolaan landskap pada intinya berusaha menyerap tekanan penduduk pada saat sama menghindari kepunahan jenis yang kita lindungi dengan melalui teknik zoning.   Sistim zoning terdiri zone inti, transisi, penyangga, dan produktif.   Zone inti terdiri dari kawasan dimana dijumpai koloni kuncup Rafflesia.  Di zone inti, campur tangan manusia dibuat sangat minim, sehingga kumunitas tumbuhan dan lingkungan Rafflesia terjaga.  Zone transisi merupakan kawasan yang melingkupi kawasan zone inti. Di dalam zone ini campur tangan manusia sudah mulai sedikit lebih intensif, dan pemanfaatan terbatas kawasan diperbolehkan.   Bentuk agroforestry dengan menjaga struktur dan komunitas tumbuhan semirip mungkin dengan zone inti merupakan alternatif yang baik dalam pengelolaan zone ini.  Zone penyangga melingkupi  ke dua zone terdahulu, dan campur tangan manusia lebih intensif, dan pemanfaatkan yang lebih luas diperbolehkan.  Agroforestry masih merupakan pilihan yang baik pada pengelolaan zone ini.  Perbedaannya dengan sistim agroforestry yang pertama adalah komposisi tanaman perkebunan atau pertanian lebih dominan.  Zone komersial merupakan zone terluar dan meliputi ke tiga zone terdahulu.   Zone ini memberikan leluasa bagi masyarakat untuk memanfaatkan lahan.  Sistim zoning diharapkan akan membebaskan tekanan ekologi dan ekonomi bagi Rafflesia. Sistim zoning ini sangat cocok bagi Rafflesia di lahan penduduk atau kawasan hutan yang berdekatan dengan pemukiman.

Managemen pengunjung ditujukan untuk meminimalkan efek negatif terhadap populasi Rafflesia, pada saat yang sama memaksimalkan manfaat ekonomi pengunjung terhadap kesejahteraan masyarakat sekitarnya.  Dalam konteks ini, menentukan Rafflesia sebagai satu-satunya objek wisata di kawasan tertentu adalah tindakan yang kurang tepat.  Rafflesia harus dipandang sebagai flag species, objek utama, yang harus dimanfaatkan untuk mengangkat objek lainnya di sekitarnya sebagai objek wisata lingkungan atau ekoturisme. Objek lainnya dapat berupa pemandangan alam,  tempat bersejarah, agrowisata (kebun Durian atau Jeruk), atau wisata kuliner (makanan khas). Dengan demikian tersusunlah rencana pengelolaan Rafflesia yang terpadu. Pengaruh yang paling besar dari perencanaan yang  terpadu adalah lamanya tinggal, banyaknya pengeluaran oleh wisatawan, dan banyaknya stakeholder yang terlibat.  Dampak yang diharapkan dari hal tersebut di atas adalah  peningkatan kesejahteraan masyarakat, sehingga meningkatkan kesadaran pentingnya Rafflesia.


Di dalam kawasan Rafflesia, pengelolaan pengunjung ditujukan mengurangi dampak negatif pengunjung sedikit mungkin terhadap kuncup dan bunga.  Oleh karena itu dibutuhkan petunjuk standart operasional yang jelas.  Aturan dasar masuk kawasan Rafflesia dapat berupa antara lain: (1) Jangan masuk kawasan sendirian dan harus dengan pemandu wisata (guide) setempat, (2) Selalu berjalan di dalam jalan setapak yang telah tersedia, (3) Hanya satu rombongan (5 pengunjung) di dekat lokasi Rafflesia dan tiap rombongan harus bergiliran untuk melihat, (4)  Hati-hati melangkah, kemungkinan anda menginjak kuncup yang kecil, (6) Jangan merusak dan mengambil tumbuhan, (7) Jangan membuang sampah di dalam kawasan, dan (8) Hormati budaya setempat.   Petunjuk standart operasional mensyaratkan design kawasan yang terperinci.  Design ini dibuat dengan memperhatikan arah inang dan masing-masing kuncup Rafflesia, rencana jalan setapak , sehingga mengurangi resiko kuncup terinjak oleh pengunjung.
 
Source By : Sofian Ramadhan (KPPL) Bengkulu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar