Sabtu, 30 Mei 2015

Cughup Napalan Kaur Utara

Cughup Napalan Merupakan salah satu potensi wisata alam Kabupaten Kaur, yang berada dalam kawasan Tangge Manik atau tepatnya berada di Desa Cokoh Enau, Kec. Kaur  Utara, Kab. Kaur, Propinsi Bengkulu. 


Ketinggian Cughup Napalan ini mencapai 7 meter dan mempunyai kolam penampungan yang cukup luas dan cukup dalam. Di sekelilingnya terdapat pohon - pohon yang cukup besar dan rindang sehingga membuat hawa disini cukup sejuk dan dingin. Aliran di bawahnya membentuk sungai kecil yang cukup deras dan bebatuan juga terhampar di sana. Aliran Cughup Napalan yang cukup deras ini dimanfaatkan oleh penduduk untuk mengairi sebagian persawahan yang berada di wilayah Penggaringan desa Cokoh Enau Kec. Kaur Utara Kab. Kaur.

Beranjak dari desa Cokoh Enau, Anda akan menghabiskan waktu 15 menit menuju Cughup Napalan ini. Dengan menggunakan kendaraan roda dua melewati jalan selebar 4 meter terlebih dahulu sebagai akses utama untuk tiba di Cughup Napalan.


Selanjutnya Anda akan melewati Jembatan Gantung Tangge Manik panjangnya sekitar 15 meter membentang di Sungai Padang Guci yang jernih dan mengalir deras. Jembatan ini merupakan akses utama penduduk menuju sawah atau kebun.


Sepanjang rute menuju Cughup Napalan, Anda akan disambut hijaunya pepadian dan suasana alam yang sangat kental. Anda harus menempuh jarak seitar 100 meter lagi untuk sampai ke lokasi Cughup Napalan.




Selamat Berkunjung !
KPPGPPL Adventure 30 Mei 2015

Kamis, 28 Mei 2015

Kantong Semar (Nepenthes sp) di HL Raje Mendare

Kantong semar atau dalam nama latinnya Nepenthes sp. pertama kali dikenalkan oleh J.P Breyne pada tahun 1689. Kantong Semar (Nepenthes sp) merupakan tumbuhan langka yang dilindungi di Indonesia berdasarkan UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan PP No.7 tahun 1999 tentang jenis- jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi. Selain itu semua spesies Nepenthes masuk kedalam daftar CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna ) sebagai tanaman rentan kepunahan.Dari 103 spesies kantong semar di dunia yang sudah dipublikasikan, 2 jenis: N. rajah dan N. khasiana masuk dalam kategori Appendix-1. Sisanya berada dalam kategori Appendix-2. Itu berarti segala bentuk kegiatan perdagangan sangat dibatasi.

Di Indonesia, sebutan untuk tumbuhan ini berbeda antara daerah satu dengan yang lain. Masyarakat di Riau mengenal tanaman ini dengan sebutan periuk monyet, di Jambi disebut dengan kantong beruk, di Bangka disebut dengan ketakung, sedangkan nama sorok raja mantri disematkan oleh masyarakat di Jawa Barat pada tanaman unik ini. Sementara di Kalimantan setiap suku memiliki istilah sendiri untuk menyebut Nepenthes sp. Suku Dayak Katingan menyebutnya sebagai ketupat napu, suku Dayak Bakumpai dengan telep ujung, sedangkan suku Dayak Tunjung menyebutnya dengan selo bengongong yang artinya sarang serangga (Mansur, 2006).


Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Caryophyllales; Famili: Nepenthaceae; Genus: Nepenthes;
Tumbuhan ini diklasifikasikan sebagai tumbuhan karnivora karena memangsa serangga. Kemampuannya itu disebabkan oleh adanya organ berbentuk kantong yang menjulur dari ujung daunnya. Organ itu disebut pitcher atau kantong. Kemampuannya yang unik dan asalnya yang dari negara tropis itu menjadikan kantong semar sebagai tanaman hias pilihan yang eksotis di Jepang, Eropa, Amerika dan Australia. Sayangnya, di negaranya sendiri justru tak banyak yang mengenal dan memanfaatkannya (Witarto, 2006). Selain kemampuannya dalam menjebak serangga, keunikan lain dari tanaman ini adalah bentuk, ukuran, dan corak warna kantongnya. Secara keseluruhan, tumbuhan ini memiliki lima bentuk kantong, yaitu bentuk tempayan, bulat telur/oval, silinder, corong, dan pinggang.
  
Kantong semar tumbuh dan tersebar mulai dari Australia bagian utara, Asia Tenggara, hingga Cina bagian Selatan. Indonesia sendiri memiliki Pulau Kalimantan dan Sumatera sebagai surga habitat tanaman ini. Dari 64 jenis yang hidup di Indonesia, 32 jenis diketahui terdapat di Borneo (Kalimantan, Serawak, Sabah, dan Brunei) sebagai pusat penyebaran kantong semar. Pulau Sumatera menempati urutan kedua dengan 29 jenis yang sudah berhasil diidentifikasi. Keragaman jenis kantong semar di pulau lainnya belum diketahui secara pasti. Namun berdasarkan hasil penelusuran spesimen herbarium di Herbarium Bogoriense, Bogor, ditemukan bahwa di Sulawesi minimum sepuluh jenis, Papua sembilan jenis, Maluku empat jenis, dan Jawa dua jenis (Mansur, 2006).
Habitat Kantong semar hidup di tempat-tempat terbuka atau agak terlindung di habitat yang miskin unsur hara dan memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi. Tanaman ini bisa hidup di hutan hujan tropik dataran rendah, hutan pegunungan, hutan gambut, hutan kerangas, gunung kapur, dan padang savana. Berdasarkan ketinggian tempat tumbuhnya, kantong semar dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kantong semar dataran rendah, menengah, dan dataran tinggi. Karakter dan sifat kantong semar berbeda pada tiap habitat. Beberapa jenis kantong semar yang hidup di habitat hutan hujan tropik dataran rendah dan hutan pegunungan bersifat epifit, yaitu menempel pada batang atau cabang pohon lain. Pada habitat yang cukup ekstrim seperti di hutan kerangas yang suhunya bisa mencapai 30º C pada siang hari, kantong semar beradaptasi dengan daun yang tebal untuk menekan penguapan air dari daun. Sementara kantong semar di daerah savana umumnya hidup terestrial, tumbuh tegak dan memiliki panjang batang kurang dari 2 m.

Sumatera merupakan urutan kedua setelah Kalimantan sebagai tempat penyebaran spesies, tapi dari segi jumlah populasi Sumatera dapat mengimbangi Kalimantan. Dari jenis-jenis yang sudah ditemukan di Sumatera, 12 di antaranya masih dalam proses identifikasi  Anonimus, 2006). Semua jenis Nepenthes sp. yang ada di Sumatera tersebar dari dataran rendah sampai ke dataran tinggi. Kantong semar (Nepenthes sp.) di Sumatera memiliki beberapa sebutan seperti periuk monyet di Riau, kantong beruk di Jambi, dan Ketakung atau calong beruk di Bangka. Bahkan di Gunung Kerinci (Sumatera Barat) ada sebutan terompet gunung untuk jenis Nepenthes aristolochioides. Pada awalnya, Nepenthes sp. di Sumatera sangat mudah ditemukan di hampir seluruh tipe hutan dan tersebar hampir merata di setiap provinsi, kecuali untuk jenis endemik tertentu. Akan tetapi, sekarang sudah mulai sulit dijumpai, kecuali di daerah tertentu.
Potensi Kantong semar memang belum sepopuler tanaman hias lainnya seperti anggrek, dan aglaonema. Namun, saat ini kepopuleran kantong semar sebagai tanaman hias yang unik semakin meningkat seiring dengan minat masyarakat pecinta tanaman hias untuk menangkarkannya. Nama tanaman dari famili Nepenthaceae ini sudah terkenal hingga ke mancanegara. Bahkan di negaranegara seperti Australia, Eropa, Amerika, Jepang, Malaysia, Thailand, dan Sri Lanka budidaya tanaman ini sudah berkembang menjadi skala industri. Ironisnya, tanamanan pemakan serangga ini kebanyakan jenisnya berasal dari Indonesia. 

Selain berpotensi sebagai tanaman hias, kantong semar juga dapat digunakan sebagai obat tradisional (Mansur, 2006). Sementara itu, kandungan protein di dalam kantongnya berpotensi untuk pengembangan bertani protein menggunakan tanaman endemik Indonesia (Witarto, 2006). Dalam penelitiannya baru-baru ini, Witarto (2006), berhasil mengisolasi protein dalam cairan kantong atas dan kantong bawah dari N. gymnamphora dari Taman Nasional Gunung Halimun. Dari masing-masing 800 ml cairan yang dikumpulkan dari kantong, dapat dimurnikan protein sebanyak 1 ml. Uji aktivitas terhadap protein yang telah dimurnikan menunjukkan bahwa protein itu adalah enzim protease yang kemungkinan besar adalah Nepenthesin I dan Nepenthesin II.

Dalam Ekspedisi Gunung Patah (10 - 21 Mei 2015), tim menemukan titik yang menjadi habitat  Kantong semar (Nepenthes sp) di HL Raje Mendare. Habitat berada di titik ketinggian 1900 mdpl koordinat  S 04' 19 08 7 E 103' 18 15 3 yang memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi.

Salam Lestari !

Burung Berkik - Gunung Merah (Scolopax saturata)

Ekosistem di Bumi banyak jumlahnya dan memilki peran yang sama penting. Salah satunya adalah ekosistem yang ada di hutan hujan. Sebanyak 50-75 persen dari semua spesies di Bumi, aslinya berasal dari hutan hujan, dan jumlahnya jutaan bahkan lebih, tetapi belum semuanya ditemukan. Karena keanekaragaman hayati yang sangat besar di habitat ini, maka hutan hujan tropis menjadi rumah bagi beberapa makhluk yang paling menarik di dunia.

Berikut salah satu jenis hewan yang temukan di hutan hujan tropis HL Raje Mendare :

Burung Berkik-gunung merah memiliki nama latin Scolopax saturata. Dalam bahasa Inggris burung ini dikenal juga dengan nama Dusky Woodcock atau Rufous Woodcock.


Burung ini merupakan jenis burung berukuran kecil, bahkan lebih kecil dibandingkan dengan Eurasian Woodcock, serta memiliki warna bulu yang lebih gelap.

Habitat burung berkik-gunung merah adalah hutan gunung yang lembab di Pulau Sumatera dan Jawa. Mereka dapat ditemukan di daerah hutan gunung dengan ketinggian antara 1500 - 3000 m di atas permukaan laut.

Burung berkik-gunung merah membuat sarang berupa lumut di semak yang tidak terlalu rimbun. Tidak diketahui berapa jumlah dari populasi burung jenis ini. Namun yang pasti mereka masih sering terlihat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat.

Seperti yang kita tahu, luas hutan di Jawa dan Sumatera kian hari kian menyempit akibat pembukaan lahan baru dan penebangan liar, tetapi hutan gunung sebagai habitat utama jenis burung ini, masih relatif aman. Meskipun demikian, populasi mereka setiap tahunnya mengalami trend menurun. Dan saat ini menurut IUCN Redlist, populasi burung berkik-gunung merah berada pada status "Hampir Terancam (NT)".

Pada pendakian gn patah team sempat menemukan secara langsung spesies ini, di ketinggian 2300 mdpl, awalnya tidak mempercayai jenis burung pemakan ikan ini ada di ketinggian diatas 2000 mdpl, tapi ternyata memang berkik adalah spesies endemik yang hanya ditemukan di pegunungan tinggi, danau serta hutan hujan yang basah. (Publikasi lengkap sedang disusun)

‪#‎XPDC‬ Gunung Patah

Gunung Patah Bukit Raje Mendare

Gunung Patah adalah sebuah dataran tinggi berbentuk Gunung yang terletak di negara Indonesia, Provinsi Bengkulu yang memiliki ketinggian 2817 mdpl, atau setara dengan 7175 kaki. Pada tanggal 1 Mei 1989, sebuah kawah aktif fumarol diamati oleh pilot pesawat kargo di daerah yang diselimuti hutan sekitar 6 km tenggara dari puncak Gunung Patah, dekat Bukit Baturigis Padang Guci Hulu Kab. Kaur Bengkulu (sekitar 4 deg 18 min S, 103 deg 19 min E). 


Lokasi Gunung Patah berada diperbatasan 3 provinsi, yaitu Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung atau yang secara administratif tepatnya terletak di kawasan HL Bukit Raje Mendare Padang Guci Hulu Kab.Kaur Bengkulu Indonesia. (Sumber: Internet)

Pada ketinggian 2450 mdpl terdapat danau sewarna bumi oleh penduduk lokal dinamakan "Danau Tumutan 7" yang merupakan sumber mata air dari 7 sungai. Pada ketinggian 2650 mdpl terdapat Kawah & Puncak Gunung Pada ketinggian 2817 mdpl.

Bukit Raje Mendare merupakan hutan hujan Sumatra yang masih perawan dan menyimpan kekayaan alam yang sangat menawan. Keberadaan Flora dan fauna langka yg semakin terancam funah seperti; Rafflesia, Amorphophallus, Kantong Semar, Anggrek, Gajah, Harimau, Rusa, Beruang, Paok Schneider, Pitta schneider, siamang, dll kemungkinan masih bisa dijumpai disini.

Selain itu Bukit Rajemendare dipercayai oleh penduduk lokal sebagai cikal bakal Kerajaan Seriwijaya. (KPPGPPL)

Catatan perjalanan lengkap tim Ekspedisi Gunung Patah secara tertulis akan segera di realese oleh tim yang terdiri dari gabungan pendaki Alumni Kampala FP Unib dan Komunitas Pemuda Padang Guci Peduli Puspa Langka (KPPGPPL) di kaskus oanc. Report resmi lengkap (on progress).

‪#‎XPDC‬ Gunung Patah With Jack Rimba, Triputra Kesuma, Muaz Gimilang, Nopri Anto & Amix Gegep

Situs Megalitik Batu Monolith Padang Guci

Megalitik Padang Guci secara administratif berada di Desa Bungin Tambun 3, Kecamatan Padang Guci Hulu, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu. Secara astronomis, situs ini berada pada titik koordinat S 04º 28’32.4″ E 103º 14’58.4 ” Berdasarkan bentangan alamnya, lokasi tinggalan megalitik Padang Guci berada sekitar 500 meter arah timur dari Sungai Padang Guci. 


Pada profil monolit secara menyeluruh tidak nampak ada jejak pengerjaan. Monolith yang memiliki ukuran Panjang 2 m dan lebar 0,75 m ini, merupakan jenis batu andesit.

Pada awalnya di sekitar monolith terdapat batu dengan ukuran yang lebih kecil dan rotan yang sudah membatu, namun pada tahun 2008 ketika didirikan cungkup di atasnya, batu dan rotan tesebut dipindahkan. Keberadaan tinggalan megalitik berupa monolith di lokasi ini dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai tempat berziarah (puyang). Kondisi tinggalan pada saat ini cukup terawat.

Upaya pelindungan telah dilakukan oleh pemerintah daerah melalui Dinas Kebudayaaan dan Pariwisata Kaur dengan dibuatkan cungkup sebagai pelindungan. Untuk pemeliharaannya
dinas telah menunjuk juru pelihara pada tahun 2008, namun pada tahun 2011 tidak dilanjutkan karena ada pertimbangan tertentu.

‪#‎KPPGPPL‬
Info & Foto : BPCB Jambi

Senin, 25 Mei 2015

Pesona Alam Wawai

Pernah terpikir mengunjunggi colosseum


Hallo Sobat Blogger, gimana kabarnya masih jomblo apa udah mendinggan.
ni sekarang saya mau berbagi info wisata masih di bandar lampung, tepatnya di daerah:

Taman wisata Alam Wawai di Jalan Raden Imba Kusuma Ratu, Sukadanaham, Tanjungkarang Barat,  BANDAR LAMPUNG --


jalan ada di:
Tepatnya di tugu duren (dekat lembah hijau). liat tugu duren ada jalan yang menanjak  itu, jalan lewet situ terus aja  sampek lewatin makan yang ada di kanan jalan, ntar sampek atas ada bene,r petunjuk arah liat kiri...

Apa aja sih yang ada di alam wawai?
berapasih tiket masuknya?
sebenernya apa sih alam wawai?
mengapa harus alam wawai?
 kasih tau dong kak? | Asik |

ALAM WAWAI,
1. Pengelola Alam Wawai: Fasilitasnya pemandangan laut teluk Lampung, tenda, lampu, senter, peralatan     mandi, matras, dan fasilitas mandi dengan shower. Keluarga camping juga mendapat sarapan gratis.

2.  Jam operasional mulai 10 pagi sampai 9 malam. Untuk tiket pada biasa hanya Rp15 ribu untuk Senin-Jum'at dan Rp20 ribu pe rorang untuk weekend.

3. Kalok pacar lo belum ajak kamu kesini, ayok kakak.... ajak aja deh adek kak... | asik | |

TIKET MASUKNYA



Tanngan di kasih gellang






FASILITAS



Kalok ada tanda ini apa yang harus lo lakuin sadar bray...













Ini ni Mini Coloseum








Alam Wawai dengan segala Pesonanya




















Next dengan jalan-jalan berikutnya


Oke sahabat bloger terima kasih telah menggunjunggi blog.
Terima kasih Juga buat  Alam Wawai, salam coret jalan-jalan.
Segala saran dan kritikan sanggat di harapkan.
 Jangan lupa follow di @Rickycuduv